Wednesday, November 7, 2007

salon plus


Siapa yang tak mengenal salon. Bagi wanita, salon merupakan tempat favorit untuk membuat penampilan menjadi lebih cantik. Bahkan, saat ini salon bukan lagi tempat yang tabu lagi bagi laki-laki. Tak ubahnya perempuan, kaum pria juga ingin tampil menarik.

Salon sebagai tempat mempercantik diri, tidak asing lagi bagi para perempuan. Di tempat ini, kaum hawa bisa mendapat pelayanan kecantikan, mulai dari rambut hingga ujung kaki.

Ada bermacam alasan orang datang ke salon. Yang terutama adalah karena merasa tidak bisa melakukan perawatan sendiri di rumah. Sedangkan di salon, sudah tersedia stylist maupun kapster berpengalaman, yang siap melayani apa yang kita inginkan.

Di kalangan wanita perkotaan, datang ke salon sudah merupakan hal yang rutin. Tentu saja, harus tersedia pula dana yang cukup untuk kegiatan satu ini.

Seiring kemajuan zaman, salon kini bukan lagi tempat khusus bagi wanita. Kaum adam juga sudah tidak sungkan-sungkan lagi untuk datang ke salon, entah hanya untuk potong rambut atau bahkan pelayanan lain yang biasanya diperuntukkan bagi perempuan, seperti creambath, lulur atau facial.

Mereka dikenal sebagai pria metroseksual, yaitu kalangan pria yang memperhatikan penampilan.
Tingginya minat kaum pria untuk mendatangi salon, pada gilirannya dimanfaatkan segelintir orang untuk membuka usaha layanan prostitusi berkedok salon. Itulah yang biasa disebut salon plus.

Pengusaha bidang persalonan yang ingin maju, biasanya sangat menjauhi adanya kesan salon plus itu. Mereka ingin usahanya tampak bersih dan diminati pelanggannya tanpa ada rasa risi.

Tidaklah mudah untuk membedakan salon biasa dengan salon yang menjurus sebagai tempat prostitusi. Selain tampilannya tak beda jauh, biasanya, praktek itu tidak dilakukan secara terang-terangan.

Usaha prostitusi secara terselubung memang kerap menggunakan berbagai modus. Salon sebagai usaha kecantikan juga bisa disulap menjadi bagian dari usaha terlarang itu. Apalagi salon plus, tak ubahnya seperti salon-salon pada umumnya.

Rata-rata, salon plus memang menutup jati diri sesungguhnya. Tentu usaha itu adalah untuk menghindari razia aparat kepolisian.

Sebab, bila tercium aparat, sudah barang tentu akan dibubarkan. Karena itu, biasanya salon plus akan berhati-hati menghadapi pelanggan yang belum dikenal.

Berbeda dengan PSK yang biasanya langsung mengarah ke pelayanan intim, di salon plus, pelanggan awalnya tetap mendapat pelayanan layaknya salon biasa. Bagi pria muda ini, mendapat pelayanan intim dari pekerja salon, lebih memuaskan dibandingkan berhubungan dengan pekerja seks lain.

Jika kaum pria merasa mendapat kepuasan dalam berhubungan dengan pekerja salon, lain halnya dengan pekerja salon plus, karena mereka lebih mementingkan pencapaian materi.

Mengaku mendapatkan materi yang berkecukupan, tidak berarti seorang pekerja salon plus merasa puas.

Rasa canggung, perasaan bersalah tetap saja menghantui mereka. Namun, mereka masih enggan melepaskan pekerjaan yang digelutinya karena merasa tidak punya kemampuan lain.
Rata-rata, para pemilik maupun pekerja salon merasa gusar dengan usaha segelintir orang yang menggelar prostitusi atas nama salon.Ppasalnya, usaha salon plus sudah menorehkan citra buruk bagi usaha kecantikan ini.

Hadirnya sejumlah lokasi prostitusi berkedok salon membuat pengusaha persalonan ekstra hati-hati dalam merekrut karyawan, terutama kapster dan stylist-nya. Firman, sebagai salah seorang pemilik salon mengaku, harus memeriksa secara teliti latar belakang kehidupan karyawannya agar citra salon yang dikelolanya tidak ikut menjadi buruk.

Bagi Firman, tingginya kebutuhan masyarakat akan jasa salon, sudah menjadi sebuah peluang usaha yang menjanjikan, tanpa harus memberi embel-embel pelayanan plus.

Hal senada diungkapkan Dadang. Menurut dia, keinginan pelanggan untuk mendaptkan pelayanan yang ekstra merupakan hal yang lumrah. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana cara menepis keinginan tersebut agar pelanggan tidak merasa tersinggung atau marah.

Menselaraskan niat baik pemilik salon dengan karyawannya memang susah-susah gampang. Sebab, di tengah himpitan ekonomi, bisa saja para kapster salon tergoda untuk mencoba melakoni arah yang negatif itu. Pada umumnya, pelanggan salon yang kebanyakan perempuan, justru memang enggan datang ke tempat yang memberi jasa pelayanan intim.

Pada dasarnya, para kapster yang menjalani peran sebagai wanita penghibur juga enggan ketahuan belangnya.

Selain tidak membuka jati diri sesungguhnya kepada semua pendatang salon, mereka juga menutupi pekerjaan yang dijalani di hadapan keluarga.
Namun, sebagai manusia biasa, Rosa yang menjadi pekerja seks berkedok usaha salon mengaku ingin mencari pekerjaan yang halal. Hanya saja, hal itu belum diwujudkannya.

Para kapster yang bekerja di salon plus, memang tidak bisa begitu saja menjadi kambing hitam. Di balik itu semua, mereka hanyalah menjadi objek untuk memperkaya pengusaha salon plus serta sebagai pemuas hasrat kaum pria hidung belang.

Praktek prostitusi memang tidak semata hadir di tempat lokalisasi. Praktek itu selalu mencari celah dan modus-modus baru. Karenanya, perlu kewaspadaan tinggi agar tidak ikut menjadi bagian dari lingkaran setan itu

1 comment:

dhef said...

Blog yang saya cari Setelah seharian bekerja buat melepas penat?? ditambah cerita diblog ini yang menggelikan, heheheh tks iformasinya!! bagaimana kalau setelah anda spa anda mencoba permainan tangkas online